Dilirik Desainer Muda, Lurik Jadi Busana Modern yang Laris Dicari Pembeli




Jakarta -
Kain lurik kini tak hanya membuat jatuh cinta para desainer ternama yang mengangkat wastra Indonesia. Pun para desainer muda kini mulai ikut mengeksplorasi keindahan geometris kain lurik, termasuk di antaranya adalah dua label lokal bernama Oemah Etnik dan House of PH.

Rizki Triana, desainer di balik label Oemah Etnik mengatakan jika brand yang dibuatnya sejak tahun 2012 ini kerap mengangkat keindahan kain batik dalam cara yang modern. Setelah mengeluarkan set koleksi batin dalam warna monokrom, di akhir tahun 2015 lalu wanita lulusan Universitas Indonesia ini mulai mencoba berkarya dengan bahan dasar kain lurik.

"Di Yogya semua orang pakai lurik seperti tukang parkir, delman, Abdi Dalem, dan aku sudah lihat itu dari dulu. Tapi menurut aku, mas Lulu Lutfi Labibi adalah pioneer yang mengangkat lurik ke busana modern," ujar wanita yang akrab disapa Kiki saat berbincang dengan Wolipop, Kamis (31/3/2016).

Diceritakan oleh desainer muda yang memulai labelnya sejak 2013 ini, perjalanannya mengolah lurik dimulai ketika ia ditawarkan untuk menggarap kain lurik hasil desa binaan di salah satu Desa Moyudan di Klaten, Jawa Tengah. Lurik yang awalnya hanya dipakai sebagai stagen di sana kemudian disulap sebagai busana siap pakai seperti dress dan aksen pada baju atau celana dalam koleksinya bertajuk Havana.

"Kita ditawarkan oleh komunitas namanya Dreamdelion untuk menggarap lurik stagen. Di Klaten ada desa binaan dan mempekerjakan ibu-ibu di sana untuk membuat lurik. Jadi sekaligus ada misi sosialnya, akhirnya kita garap lurik itu," terang desainer muda yang pernah menawarkan karyanya dari Indonesia sampai Ukraina ini.

Bagi Kiki, kain lurik terlihat spesial dibanding motif lain yang pernah ia garap sebelumnya. Motif garis disebutnya lebih modern dan universal, juga mudah diterima berbagai usia dan kalangan, namun di baliknya tetap menggunakan teknik Indonesia.

Dalam koleksi premiumnya yang terbaru, ia mengangkat lurik dalam pilihan warna hitam dan putih. Lurik diaplikasikan sebagai atasan dan rok. Beberapa dibuat hanya sebagai aksen dan dipadukan bersama motif batik lain seperti bunga. Untuk koleksi eksklusif tersebut, label Oemah Etnik menjualnya dengan kisaran harga Rp 629 ribu - Rp 829 ribu.

Lurik juga telah memikat hati desainer muda pemilik label House of PH, Pratiwi Harsetiani. Oleh wanita yang akrab disapa Tewe, eksplorasi kain lurik dikreasikannya dengan teknik draping dan bervolume yang telah menjadi ciri khasnya untuk kesan lebih modern.

"The thing that I value the most with Lurik is its process, and the fact that prosesnya yang sangat panjang dan complicated, dan semua dilakukan dengan tangan, tetapi bahan Lurik permeter dijual dengan harga yang sangat terjangkau," ujar wanita lulusan Esmod ini kepada Wolipop, Jumat (1/4/2016).

House of PH dan Oemah Etnik sama-sama memiliki tantangan untuk berkreasi dengan kain lurik. Kendalanya, adalah lebar kain yang tidak terlalu besar sehingga desainer perlu pintar-pintar memaksimalkanya.

"Tantangan terbesar bagaimana membuat garment yang bervolume dengan lebar kain yang sangat terbatas. Sementara dengan serat kain, serat yang tidak terlalu rapat membuat saya sebagai desainer harus pintar-pintar menjahit bahan tersebut agar seratnya tidak semakin longgar," lanjut Tewe.

Ditambahkan Kiki, garis yang simple dari lurik membuatnya harus sangat kreatif dalam mendesain agar koleksi terkesan modern dan cocok untuk pasarnya kepada anak-anak muda.

Lantas, bagaimana dengan respon pembeli? Diungkap desainer Oemah Etnik, responnya sangat positif. Sampai saat ini, lebih dari 100 busana dengan aksen lurik sudah terjual habis. Respon yang sama didapat House of PH. Dari koleksi terbaru yang ditawarkan di Indonesia Fashion Week 2016 lalu, 'Cerita Lembata' dengan lurik gerimis dari Jogjakarta, ia telah mendapat lebih dari 50 pesanan busana lurik. (als/eny)



Source link

0 Response to "Dilirik Desainer Muda, Lurik Jadi Busana Modern yang Laris Dicari Pembeli"

Posting Komentar